Ramadhan telah berjalan melewati sepuluh yang awal. Tak ada tulisan yang bisa ku sajikan. Seakan sepi runyam tak berdesis. Malam terlewati begitu saja, tak sanggup kugerakkan pena untuk mengukir kesyahduan malam ramadhan. Malam indah dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an terdengar sayup dari setiap menasah pedalaman kampong. Tadarus giliran satu sama lainnya.
Ingin ku tulis beberapa bait tentang mereka. Sekali lagi tanganku seakan lemah tak berdaya. Imajinasipun luluh terkoyak bagai buram kering keriput dilalap api. Malam begitu cepat meninggalkan hamba untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya. Seakan tak terhitung detik menyelip hilang di depan mata.
Saur mendayung menghampiri. Mulai terdengar suara disana-sini waktu berjalan pulang. Ibu-ibu telah bangun untuk mempersiapkan makan saurnya. Bahagia rasanya berkumpul dengan keluarga. Makan bersama dihiasi dengan tamak-senyum antara ayah, ibu, kakak dan adik. Tak ada waktu lain untuk bisa bersama. Saur-buka bersama adalah tempat yang cukup bersahaja.
Azan telah dikumandangkan. Bergegas menunaikan shalat subuh berjama’ah. Terlihat hiasan sepanjang jalan desa, bagai pinguin berbalut salju berjalan tertatih-tatih menuju tujuan. Ada yang memakai senter adapula obor. Dari yang tua hingga anak-anakpun ikut ke meunasah. Perlahan satu per-satu rukun shalat disiapkan, dengan alunan bacaan ayat al-Qur’an yang membawa sejuk di subuh hari. Sesekali melengking menyelinap dalam hati para makmum, sendu-sedan sedih terharu seakan terhapus segala dosa. Bacaan yang fasih dengan irama yang merdu.
Selawat mereka lantunkan secara serentak. Pertanda shalat subuh telah usai. Sebahagian ada yang langsung pulang dan ada juga yang mengikuti pengajian bersama. Beda hari maka beda pula topik yang dibahas.
Pagi telah hadir. Cahaya mulai menyinari pelosok kampong. Dunia terang kembali, riuh pecahkan suasana. Orang-orang sibuk melaksakan segala aktivitas masing. Begitu juga anak-anak, ada ikut pengajian dan ada juga yang ikut pesantren kilat program sekolah mereka.
Aku tetap duduk di pojok meunasah sambil menatap ringkihan seng yang sudah tua. Kebingunganku-pun belum pulih. Aku masih memikirkan apa yang harus kutulis untuk sajian blogKu ini.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar